Minggu, Desember 28, 2008

Tsunami Drill Dimajukan

Ditempuh SBY Agar Tak Bertabrakan dengan Ibadah Natal 

MANADO— Pelaksanaan Tsunami Drill atau pelatihan evakuasi tsunami 26 Desember lusa dimajukan dari jadwal sebelumnya. Rencana awal dilaksanakan pada pukul 08.00 dan selesai pukul 10.00 Wita diubah menjadi dimulai pukul 07.00 dan selesai pukul 08.30 Wita. Dimajukannya kegiatan pelatihan antisipasi terjadinya tsunami di Manado ini, merupakan perintah langsung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). ‘’Karena bapak Presiden menghormati umat Kristiani yang lagi beribadah di hari raya Natal kedua, maka rencana pelaksanaan tsunami drill dimajukan lebih cepat dari jadwal sebelumnya. Bapak Presiden memerintahkan agar tsunami drill jangan sampai mengganggu ibadah. Harus dihormati umat Nasrani yang melaksanakan ibadah, karena itu dipercepat dan harus selesai sebelum jam ibadah,’’ kata Gubernur SH Sarundajang, mengutip yang dikatakan Presiden SBY. 
Karena itu, Gubernur mengajak kepada seluruh staf dan jajaran Pemerintah Provinsi dan masyarakat Manado supaya hadir di lokasi sepanjang Jln Piere Tendean Boulevard 15 menit sebelum acara dimulai (pukul 07.00 Wita). ‘’Tsunami drill ini merupakan kehormatan bagi masyarakat Sulawesi Utara. Karena daerah kita dipercayakan Presiden SBY untuk menjadi lokasi pelaksanaan antisipasi bencana tsunami,’’ ujar Sarundajang. 
Lanjut SHS, ini kesempatan besar bagi daerah ini karena Sulawesi Utara sendiri menurut data dari Badan Metreologi dan Geofisika (BMG), daerah yang dikelilingi empat patahan sehingga sangat rawan terhadap gempa bumi dan tsunami. Aceh dan seluruh pantai Selatan saja yang hanya satu patahan sering terjadi gempa bumi dan menimbulkan tsunami. 
Menurut Deputi Menristek DR Idwan Soehardi, Presiden SBY gencar melaksanakan tsunami drill yang akan melatih kesiapan dalam mengahadapi ancaman tsunami, karena 2/3 daerah pantai Indonesia berpotensi terjadi tsunami. Tsunami drill sebelumnya telah dilakukan di provinsi lain.
Lanjut DR Idwan, simulasi tsunami yang akan berlangsung sekitar satu jam, bertujuan untuk melindungi masyarakat. Saat tsunami, pemerintah, Muspida serta aparat harus mengarahkan masyarakat. “Masyarakat harus digerakkan ke tempat yang aman,” katanya, kemarin.
Ada dua kompnen utama dalam tsunami drill. Salah satunya komponen struktur meliputi instrument observasi, analisis, kemudian disampaikan dalam bentuk informasi kepada masyarakat. “Kedua adalah komponen kultur menyangkut kesiapan masyarakat,” jelasnya. “Pak presiden akan menghadiri perayaan Natal, sekaligus acara tsunami drill dan mengecek kesiapan WOC,” jelasnya.
Soal WOC, Sekertaris Kementerian Menkokesra Prof DR Ir Indroyono Soesilo MSc, menjelaskan, Manado resmi menjadi tuan rumah WOC dan CTI Sumit setelah dikeluarkannya revisi Keppres nomor 23 tahun 2007. “Dunia sangat mendukung WOC di Manado,” katanya.
Menurutnya, dukungan tersebut terungkap saat sidang umum PBB di New York 17 Desember lalu. Saat itu dihasilkan resolusi Omnipus Resolution On Ocean and Law of The Seas. “Salah satu pasal di dalamnya menyambut baik dan mendukung Indonesia untuk menyelenggarakan WOC,” katanya
MASYARAKAT PUJI PRESIDEN 
Sementara itu, kebijakan Presiden SBY yang memajukan jadwal pelaksanaan tsunami drill, mendapat sambutan dan pujian masyarakat. ‘’Memang ibadah Natal kedua itu sudah menjadi kebiasaan umat Kristiani di daerah ini. Tetapi kegiatan simulasi antisipasi dari ancaman tsunami juga penting. Makna dan inti dari kedatangan Yesus Kristus juga, untuk menyelamatkan umat manusia. Tsunami drill itu juga untuk antisipasi penyelamatan terhadap umat manusia. Apalagi torang yang tinggal di dekat pantai. Tuhan berfirman dalam Alkitab, agar manusia itu hendaklah bekerja dan berdoa,’’ ujar Dedy R, warga Sario Tumpaan.  
Lidya Lumanauw SE, warga Mahakeret, juga menyampaikan pujiannya atas kebijakan Presiden SBY yang menunjuk Manado menjadi lokasi pelaksanaan tsunami drill. ‘’Kalau dilaksanakan jam 7, berarti jam 9 sebelum jam ibadah di gereja, acaranya sudah selesai,’’ ujar Lumanauw. 
Mantan Ketua BPC GMKI Manado dan Ketua DPC Partisipasi Kristen Indonesia, Ferry Karwur dan Ketua Pria/Kaum Bapa Wilayah Manado Utara II, Pnt Petrus Diaz mengatakan, pelaksanaan tsunami drill merupakan bentuk program kemanusiaan yang juga bagian dari ibadah. “Kami meberi dukungan penuh atas suksesnya kegiatan ini,” tandasnya. Diaz menambahkan, di Manado Utara terdapat 15 jemaat tinggal di pesisir pantai dengan jumlah anggota jemaat mencapai 20 ribu orang. Menurutnya warga pesisir sangat mebutuhkan pemahaman tentang tsunami.
Di samping itu, Paulus Sembel, anggota jemaat GMIM Sumber Berkat Malalayang menambahakan, kegiatan tsunami drill positif bagi warga Manado serta masyarakat Sulut.  
Bagi Ketua Forum Peduli Minahasa Jhon F Kalangi, pelaksanaan tsunami drill tak perlu dipertentangkan. “Sulut pantas diadakan tsunami drill, karena merupakan wilayah yang rawan tsunami. Ingat tsunami di Aceh terjadi 26 Desember,” katanya.  
Selain masyarakat, dukungan terhadap pelaksanaan tsunami drill juga datang dari tokoh-tokoh agama. Karena mereka menilai pelaksanaan tsunami drill adalah tindakan nyata dari penerapan iman Kristiani dalam menyelamatkan umat manusia. 
Menurut Pdt Nico Gara Ketua FKUB Sulut, tsunami drill hendaknya dilihat bukan sekadar sebuah seremoni, tetapi suatu kepeduliuan terhadap masalah kemanusian. “Bijaksanalah untuk menerapkan keseimbangan antara ritus (peribadatan, red) dan tindakan kemanusiaan seperti tsunami drill, sebab ritus adalah wujud kasih dan penyembahan kepada Allah. Sedangkan aksi untuk kemanusiaan adalah wujud kasih terhadap sesama. Keduanya harus berlangsung secara berimbang,” jelasnya. 
Ditambahkannya, soal hari pelaksanaan 26 Desember bukan persoalan substansi. Sebab gereja sangat fleksibel dalam beribadah, subuh, pagi dan malam. “Beruntunglah kita orang Kristen yang fleksibel dalam beribadah,” ujarnya. 
Nico Gara juga melanjutkan, ‘’Kita perlu belajar bukan hanya dari pengalaman Aceh, tetapi juga pengalaman kita di daerah ini. Waktu lalu, ketika terjadi gempa yang cukup keras di sini, seorang generasi muda bangsa jadi korban karena panik mendengar berita bahwa gempa tersebut berpotensi tsunami. Korban seperti itu tidak perlu terjadi, seandainya masyarakat sudah dilatih tentang bahaya tsunami. “Sehubungan dengan potensi ganguan Natal hari kedua dengan pelaksanaan tsunami drill, menurut saya tidak akan menggangu. Karena bunyi sirine yang akan dibunyikan hanya akan berlagsung setengah jam saja. Dan tidak akan sampai pada jam ibadah,” jelasnya
Di sisi lain, Pemuda GMIM mengaku, pada hakekatnya program pemerintah punya maksud dan tujuan yang baik. Namun ada beberapa hal perlu dipertimbangkan. Terutama beberapa ungkapan ketidaksetujuan perlu dicarikan win win solution. ‘’Karena bagaimanapun umat Nasrani Sulut sudah terbiasa dengan merayakan momentum Natal dengan keluarga dan jemaat baik Natal pertama maupun Natal kedua,’’ ujar Ketua Komisi Pemuda GMIM Pnt Billy Lombok . 
Yang mungkin menjadi koreksi bagi pemerintah karena komunikasi tidak berjalan dengan baik. Gereja serta keluarga yang mempersiapkan diri merayakan Natal dan kemudian pemerintah berinisiatif melaksanakan kegiatan tsunami drill, apalagi bila kemudian benar ini merupakan usulan Pemprov Sulut, perlu diklarifikasi dan dituntaskan. ‘’Kami meminta pemerintah menghormati jadwal peribadatan serta mencari jalan keluar yang terbaik,’’ harap Pnt Lombok.
Sikap yang sama juga disampaikan GMKI. Korwil GMKI Sulut Gorontalo Rendy NS Umboh mengatakan, kedatangan SBY merayakan Natal bersama warga Sulut adalah suatu kehormatan dan penghargaan. Tapi pelaksanaan tsunami drill 26 Desember pantas dipertanyakan. Menurutnya, hari tersebut jelas-jelas merupakan hari ibadahnya umat Nasrani.  
Bagi GMKI, itu adalah Natal ke-2. “Kenapa harus diadakan acara semacam itu? Apa esensinya acara tersebut sehingga harus membuat konflik kepentingan diantara warga masyarakat yang adalah warga gereja di Sulut ini,” katanya. Bahkan, info yang diterima GMKI, seluruh PNS di lingkungan Pemprov diwajibkan pukul 07.00 Wita sudah harus ke lokasi kegiatan. 
Mereka sebagai warga negara yang baik tentunya harus taat terhadap instruksi atasan. Hanya saja, sebagai warga gereja yang baik waktu tersebut untuk beribadah di gereja. 
Ia menambahkan, kedatangan presiden janganlah membuat pertentangan-pertentangan antara wilayah negara dan wilayah agama. Konflik kepentingan dwikewargaan umat Kristen tidak perlu terjadi apabila tsunami drill tidak diadakan di Natal kedua. “Kalau esensinya hanya menyangkut bagaimana kesiapan kita menanggulangi bencana tsunami, tanggal 27 kan bisa. Malahan pelaksanaannya kurang efektif apabila dilaksanakn pada Natal ke-2, karena orang-orang sibuk dalam perayaan natal,” pungkasnya. (tim/*) source.... mdopost.com

Tidak ada komentar: