Sabtu, Oktober 25, 2008

TNI AL Tangkap 72 Kapal

Dokumen Aspal Sebanyak 35 Kasus 

MANADO – Sepanjang 10 bulan terakhir ini, TNI AL telah melakukan penangkapan atas kapal yang melanggar hukum di wilayah perairan Sulut. Tercatat sekitar 72 kapal melakukan tindak pidana seperti Illegal Fishing, dokumen aspal, BBM, Bea cukai dan cagar budaya, 
berhasil ditangkap dan diproses hukum oleh Satuan Patroli Terbatas (Satroltas) Lantamal VIII dan Lanal Tahuna hingga ke pengadilan (Lihat grafis,red). Namun, hingga kini yang baru berkekuatan hukum alias telah memiliki putusan tetap dari Hakim di Pengadilan baru 34 kasus. 
“ Setiap kapal yang kami tahan karena diduga melakukan pelanggaran hukum di wilayah perairan kita (Sulut, red), akan langsung ditangani oleh penyidik TNI AL sebelum dilimpahkan ke Jaksa Penuntut umum (JPU),” Jelas Asisten Operasi (Asop) Danlantamal VIII Kolonel Laut (P) Bambang Supriyadi didampingi Komandan Satroltas Lantamal VIII Mayor Laut (P) Rizky, kemarin.
TNI AL sendiri hingga kini telah menurunkan 7 Kapal Republik Indonesia (KRI) untuk melakukan pengamanan di wilayah perairan di Sulut. (yew/aji) mdopost

Rabu, Oktober 08, 2008

Dongkrak PAD Manado Bakal Bangun Kasino

Dongkrak PAD Manado Bakal Bangun Kasino  
Oct 08, 2008 at 08:20 AM 
Lokasi di Manado Tua atau Pulau Siladen  

MANADO — Kurangnya potensi sumber daya alam di Kota Manado yang bisa dimanfaatkan untuk menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pemerintah Kota (Pemkot) mulai mematangkan rencana pembangunan kasino sebagai penunjang PAD. Hal ini di ungkapkan Wali Kota Manado Jimmy Rimba Rogi, kemarin.
Menurutnya, Pemkot Manado sedang berupaya memperbesar jumlah PAD yang baru mencapai Rp 60 miliar. Jumlah tersebut, masih dirasakan sangat kurang dalam pembiayaan kebutuhan daerah. "Karena itu perlu dicari alternatif lain untuk menunjang PAD. Kasino, mungkin bisa menjadi salah satu jalan," ujarnya.
Keseriusan Pemkot sudah sampai melirik beberapa pulau yang masuk dalam wilayah administratif Kota Manado untuk dijadikan lahan kasino, diantaranya Manado Tua dan Pulau Siladen. "Akan dikaji dulu, mana yang bagus," singkatnya.
Ia menambahkan, kasino ataupun potensi lainnya asalkan bisa dijadikan penunjang bertambahnya PAD, akan terus dikejar. Ia pun mencontohkan, Singapura dengan Malaysia yang minim sumber daya alam, bisa membangun kotanya dengan baik, termasuk jaminan kesejahteraan masyarakat. "Saya mau Kota Manado nantinya seperti itu," tandasnya. (cw-06) mdopost.com



New Email addresses available on Yahoo!
Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and @rocketmail.
Hurry before someone else does!

Jumat, Oktober 03, 2008

Kantor Sinode Terbesar di Indonesia

Ditahbiskan Bertepatan 74 Tahun GMIM Bersinode 

TOMOHON-Setelah delapan tahun dibangun (sejak kepemimpinan Pdt DR AF Parengkuan), kantor Sinode GMIM akhirnya selesai pembangunannya. ''Atas kasih dan penyertaan Tuhan Yesus Kristus, akhirnya GMIM bisa memiliki kantor pusat pelayanan yang representatif,'' ujar Ketua Sinode GMIM Pdt DR AO Supit.
Kantor yang dibangun dengan anggaran Rp12 milyar ini, sebagian besarnya dari swadaya seluruh anggota jemaat GMIM. Sisanya sumbangan Pemprov, Pemkab/Pemkot, para donatur-donatur di daerah ini yang diusahakan para panitia pembangunan.  
Kantor Sinode GMIM yang berdiri megah di Kota Tomohon ini sendiri termasuk kantor sinode terbesar yang dimiliki gereja-gereja anggota PGI. GMIM sendiri sebagai salah satu organisasi gereja terbesar di Indonesia, sudah cukup lama menantikan kantor pusat pelayanan yang representatif. ''Jemaat-jemaat GMIM saja bisa membangun gedung gereja-gereja yang megah-megah. Sementara kantor Sinode GMIM, masih lebih bagus kantor Sinode yang dimiliki Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST) di Tentena Poso,'' komentar sejumlah jemaat GMIM. 
Gedung ini sendiri akan ditahbiskan pada, Selasa (30/9) pekan depan, bertepatan dengan perayaan 74 Tahun GMIM Bersinode. Dalam acara Grand Opening kantor Sinode ini, akan dihadiri Gubernur Sulut Drs SH Sarundajang. Dan untuk ibadah pentahbisan akan dipimpin langsung Ketua Sinode GMIM Pdt Dr AO Supit.
"Acara pentahbisan kantor sinode akan dimulai tepat pukul 10.00 wita. Karena itu Selasa (23/9) lalu, telah diadakan rapat persiapan antara panitia HUT, BPS, dan instansi teknis terkait yakni pihak Polres Tomohon dan Dinas Perhubungan Kota Tomohon. Dan dalam pertemuan tersebut, telah disepakati untuk pengamanan lokasi (terbuka dan tertutup) sejak hari H mines dua, arus lalulintas selama kegiatan akan dialihkan ke beberapa luas jalan alternatif termasuk jalan lingkar timur dan jalan lingkar barat," kata Ketua Panitia HUT ke-74 Sinode GMIM Ny Meita Gerungan-Wala MM dan Sekretaris Pdt Heski Manus STh, diamini Ketua Umum Panitia HUT Pdt Roy Tamaweol MTh. 
Mereka juga meminta maaf kepada para pengguna jalan atas dialihkannya jalan tersebut. "Panitia memohon maaf kepada para pengguna jalan atas penutupan jalan tersebut. Diimbau juga demi kenyamanan bersama, karena keterbatasan lokasi parkir maka jumlah kendaraan dibatasi. Satu kendaraan kiranya dapat ditumpangi beberapa orang," kata keduanya. Mereka menambahkan, selain BPMJ se-GMIM, yang diundang adalah PGI, dari unsur pemerintah, gereja-gereja mitra dan undangan perorangan lainnya. 
"Sesudah acara pentahbisan, ramah tamah dalam bentuk makan bersama atau dalam istilah lokal disebut 'sumakey'. Diharapkan masing-masing BPMJ yang hadir dapat membawa makanan dan alat makan sendiri-sendiri. Acara ini merupakan syukur kita bersama atas kasih Tuhan Yesus Kristus yang memperkenankan GMIM membangun kantor pusat pelayanan yang representatif," ujar mereka sambil menambahkan bahwa pada Kamis 25 September 2008 akan ada technical meeting di gereja GMIM Galilea Teling. 
Semetara itu, Ketua Panitia Pembangunan Kantor Sinode GMIM Pdt Herman Mosal, beserta Wakil Ketua Pantia Bidang Teknik Pnt Ir Roy Roring MSi, Wakil Ketua Bidang Pengawasan Kicky Wangkar, Sekretaris Panitia Pnt Allan Pratanto, dan Bendahara Panitia Sym Andi Cakra mengatakan, jangka waktu pembangun kantor Sinode GMIM memakan waktu sekitar 8 tahun 9 bulan. 
Total anggaran pembangunan mencapai Rp12 milyar. "Awal pembangunan kantor Sinode pada tanggal 10 Desember 2001. Ketua Sinode pada waktu itu adalah Pdt AF Parengkuan.
Anggaran pembangunan sebanyak itu dihimpun dari sumbangan jemaat se-Sinode GMIM yang kalau dirinci satiap anggota jemaat memnyumbang sebesar Rp8.500. Sementara anggaran lainnya dari Pemerintah Provinsi Sulut dan Pemerintah Kabupaten/Kota," jelas mereka. 
Mereka menambahkan bahwa yang sudah selesai dibangun baru bangunan induk sementara yang belum yaitu tempat parkir, pagar depan, papan nama, dan pos keamanan. "Paling labat Desember 2008 semuanya selesai dibangun,'' ujar mereka.
GMIM sendiri memiliki kantor Sinode pertama di tahun 1950-an. Ini pembangunan kantor yang kedua. Sementar sejarah tanah Kantor Sinode dihibah dari Keluarga Wuisan kepada Sinode GMIM. Sementara yang menjadi arsitek dalam pembangunan kantor Sinode ini yaitu Pnt Ir Roy Roring MSi dan Ir Decky Suwuh. (cw-17) mdopost.com



New Email names for you!
Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and @rocketmail.
Hurry before someone else does!

Trik Warga Sulut di Colorado Dukung WOC

Bentuk Mapalus, Gencar Lakukan Promosi 

Warga Sulut di AS membuktikan jarak bukanlah halangan dalam memberikan dukungan terhadap event Internasional yang akan diselenggarakan di Bumi Nyiur Melambai.

GEMA World Ocean Conference (WOC) terus bergaung. Event yang diharapkan bisa mengangkat nama Sulut ke dunia internasional ini terus menjadi bahan pembicaraan warga Kawanua di seluruh dunia, termasuk di Colorado.Negara bagian yang terletak di sekitar Rocky Mountain dengan populasi 4,861,515 pada tahun 2007. 
Belum lama ini sebuah organisasi bernama Mapalus didirikan di sini. Mapalus yang berarti gotong royong ini sesuai dengan tujuan dibentuknya perkumpulan ini, yaitu saling bahu membantu antar sesama warga Minahasa secara khusus dan Indonesia secara umum. Kini di tengah gaung WOC, Mapalus merasa wajib untuk membantu menyukseskan event ini. 
"Selain membantu warga Minahasa dan Indonesia terhadap masalah-masalah yang kerap ditemui seperti seputar imigrasi. Tujuan kami yang lain yaitu mengenalkan Sulut kepada dunia internasional dan juga sebisa mungkin memberikan tenaga dan pikiran kami demi kesuksesan WOC," jelas Robert Mewengkang, salah satu tokoh Minahasa yang membidani kelahiran Mapalus ini.
Organisasi ini bersama para warga Minahasa di seluruh AS rupanya tidak main-main. Mereka bahkan telah menyatakan kesiapan mereka secara langsung terhadap Gubernur Sulut, SH Sarundajang yang sempat berkunjung ke New York, Oktober lalu.
Menurut Mewengkang, Sarundajang memang secara khusus meminta masyarakat Sulut di AS untuk membantu mempromosikan event ini terhadap warga Amerika. Warga Sulut bukan hanya menyambut baik tapi memuji terobosan yang dilakukan pemerintahan Sulut. 
"Sarundajang itu low profile tapi high performance," ujar Mewengkang yang kini berdomisili di Colorado. Yang paling dibanggakan, perhatian warga Sulut bukan hanya datang dari mereka yang lahir di Sulut tapi juga generasi muda yang lahir di AS. 
Menurut Mewengkang yang juga pembina Maesa Amerika ini, banyak yang siap ke Manado untuk jadi interpreter jika diperlukan. "Biar masih muda, mereka masih menunjukkan minat yang besar terhadap kebudayaan mereka," jelas Mewengkang.
Besarnya pengaruh event ini banyak warga Sulut yang menyatakan akan pulang kampung. "Jumlahnya tentu akan lebih besar. Sayangnya masih banyak warga yang belum mempunyai surat resmi jadi tidak bisa ke Manado," tambahnya lagi. Mewengkang sendiri juga akan berusaha supaya bisa ke Manado. Terakhir menginjakkan kaki di bumi Toar Lumimuut, 2005 lalu.
Belum lama ini, event mempromosikan WOC digelar dalam bentuk Cultural Event, sebagai salah satu kegiatan pertama organisasi yang baru dibentuk April lalu di Aurora, Colorado. Selain itu kegiatan ini sekaligus memperkenalkan budaya Minahasa dan Indonesia kepada masyarakat AS. 
"Biarpun Mapalus adalah organisasi orang Minahasa, tapi dalam Cultural Event tersebut, kami juga turut mempromosikan kebudayaan Indonesia pada umumnya," jelas Mewengkang.
Tak heran, di acara tersebut food festival dan pameran produk dari beragam daerah di Indonesia termasuk kerajinan tangan seperti batik dan sebagainya. Setidaknya sekitar 500 warga Indonesia dan Amerika menghadiri kegiatan tersebut. 
Mapalus sendiri diketuai Rudy Goni dengan Stenly Legoh sebagai Sekretaris dan Nico Tani sebagai bendahara. Robert Mewengkang, Tony Wowor, dan Yoram Tumarante bertindak sebagai pembina (*) mdopos tLaporan: M Pakasi, AS



Get your preferred Email name!
Now you can @ymail.com and @rocketmail.com.

PDS Tegas Tolak RUU Pornografi

SAMPAI titik darah penghabisan Partai Damai Sejahtera (PDS) akan menolak penerapan Rencana Undang-Undang (RUU) Pornografi. Perang terhadap UU yang dinilai dapat melecehkan nilai-nilai pluralisme bangsa ini tak hanya sebatas berjuang dan mencari dukungan di Gedung DPR RI Senayan, tapi kini telah dilebarkankan sayap dengan melakukan sosialisasi ke daerah-daerah se Indonesia. Menurut Wakil Ketua DPP PDS Denny Tewu, pihaknya salut dengan penolakan keras dari warga Sulut yang terus digaungkan. Untuk mengkukuhkan pernyataan sikap partai, PDS akan berjuang pantang menyerah untuk menyuarakan aspirasi warga Kawanua. Ditambahkannya, sudah 6 daerah, termasuk Sulut yang menyatakan diri menentang RUU Pornografi, yaitu Papua, Bali, Maluku, Kalteng, Kaltim dan NTT. "Dengan penolakan yang makin gencar di beberapa daerah, tak ada kebersamaan dalam penerapan undang-undang ini, secara otomatis gugur secara hukum. Dan jika tetap diterapkan, daerah-daerah, seperti Bali mengancam akan menerapkan hukum adat, yang dapat merusak tatanan NKRI," terang Tewu.
Pria yang menjadi caleg PDS Sulut nomor urut 1 ke DPR RI ini sangat menyayangkan pihak-pihak yang ngotot mensahkan RUU ini, sebab sudah 9 tahun lamanya tak disetujui akibat mengundang polemik masyarakat. 
Alasannya, RUU ini jelas-jelas menimbulkan multi penafsiran. Itu justru sangat jelas pertentangannya dengan UUD 45 yang terkandung serta melindungi nilai-nilai pluralisme, karena RUU Pornografi tak ada toleransi dengan berbagai budaya yang sudah berkembang di daerah. 
Rentan terjadi pemahaman multi tafsir tersirat dalam pasal 1, yang menjelaskan dilarangnya sesuatu dalam bentuk, grafik, tulisan atau gambar yang dapat menimbulkan hasrat seseorang. "Sebenarnya penegasan dalam Alkitab lebih ekstrim. Satu firman menegaskan manakala seseorang berpikir atau menginginkan seseorang yang bukan istrinya, maka seseorang itu sudah berbuat dosa. Tapi, apakah firman itu harus dipaksakan menjadi undang-undang?Harus disadari bahwa hal-hal seperti itu sudah diatur dalam hukum agama," tegas Tewu.
Begitu juga di pasal 21 yang melibatkan masyarakat untuk menilai, membina dalam penerapan RUU Pornografi, yang dinilai seperti memberikan senjata oleh undang-undang pada masyarakat, yang hanya berpegang pada kecurigaan terhadap warga yang lain. "Sweeping-sweeping dari kelompok tertentu akan semakin gencar dilakukan seperti yang banyak terjadi di Jawa saat ini. Organisasi tertentu main labrak dengan alasan undang-undang. Ini akan sangat membahayakan," terang Tewu, sembari mengimbau masyarakat Sulut secara menyeluruh untuk lebih keras menolak pengesahan RUU Pornografi.
Di tempat terpisah Ketua PDS Sulut Arthur Kotambunan BSc menyatakan pihaknya konsisten tegas menolak RUU Pornografi karena membahayakan NKRI. Lagi pula, RUU ini tak penting diatur sebagai aturan negara, karena akibat dari salah penafsiran dapat menyesatkan. "Aturan mainnya secara undang-undang agama sudah jelas pemahamannya. Dengan berdampak pada hukuman moral bagi pelanggarnya, dengan batasan-batasannya. Jadi untuk apa lagi diatur dalam norma-norma aturan umum bagi masyarakat Indonesia yang multi pluralisme," terang Kotambunan.(ras) mdopost



Get your preferred Email name!
Now you can @ymail.com and @rocketmail.com.

Rabu, Oktober 01, 2008

Sail Bunaken Dimatangkan

Sail Bunaken Dimatangkan

Infrastruktur Penunjang Dibangun

MANADO—Penyelenggaraan Sail Bunaken dipastikan bakal menyemarakkan HUT RI ke-64 2009 nanti sekaligus Hari Nusantara 2009. Menurut Kabid Program Dinas Kelautan dan Perikanan Sulut Ir Haidy Malingkas MSi, Sulut akan menjadi tuan rumah Sail Bunaken 12-20 Agustus 2009.
Selama gelaran yang bertema “Jaga Laut untuk Generasi Mendatang”, di Sulut akan digelar pameran armada Angkatan Laut (fleet review), rally kapal pesiar (yacht rally), kapal perang (war ship), perahu layar (silling pass) dan kejuaraan menyelam (diving tournament).
Sail Bunaken ini digelar untuk membangun kecintaan dan kebanggaan terhadap dunia bahari Indonesia, menggalang Seamen Brother Hood dan meningkatkan citra Indonesia sebagai negara maritim besar serta promosi wisata dan budaya bahari. Lanjut Haidy, 50 kapal akan ikut serta dalam fleet review, yang terdiri dari 20 kapal perang TNI AL dan 30 kapal perang dari berbagai negara, diantaranya Australia, Brunai Darussalam, China, Perancis, Jepang, Korsel, Selandia Baru, Rusia, Singapura, Amerika Serikat, Vietnam, Chilie, India, Peru, Bangladesh dan Mexico.
Untuk kesiapan Sail Bunaken telah dilakukan berbagai rapat koordinasi (Rakor). “Rakor telah dilakukan beberapa kali dengan Menteri Kelautan dan Perikanan, bersama Gubernur Sulut, Wakasal TNI AL, Asop Kasal dan Atase Pertahanan dari China, Brunei, Australia, Jepang, Thailand dan Amerika Serikat,” kata Haidy, kemarin (Rabu,24/9).
Menghadapi even internasional ini, Sulut sedang melakukan pembangunan fasilitas dan infrastruktur penunjang. “Telah didukung dengan SK Gubernur 127/2008 tentang Pembentukan Panitia Daerah pelaksanaan Sail Bunaken di Sulut sehingga perbaikan dan pembangunan jadi sasaran,” ungkapnya. (cw-09)

Sulut Urutan ke-4 UMP Tertinggi

Sulut Urutan ke-4 UMP Tertinggi
Angouw: Pengusaha Harus Taati Ketentuan UMP

MANADO—Pekerja-pekerja yang ada di Sulut masih tergolong sejahtera dibanding daerah lain menyusul Upah Minimum Provinsi (UMP) Sulut sebesar Rp 845.000 adalah urutan ke-4 tertinggi di Indonesia. Sulut berada di urutan ke-4 sesudah Papua, Aceh dan DKI. Selang 15 tahun terakhir ini, UMP di Sulut mengalami perkembangan yang sangat pesat dibandingkan tahun 1994 yang hanya Rp 81.000/bulan. “Waktu itu namanya masih Upah Minium Regional (UMR) karena masih diatur pusat,” terang Kasubdin Bina Hubungan Industrial dan Pengupahan Disnaker Sulut Supartoyo SH MM kemarin.
Perkembangan UMP yang pesat disebabkan berbagai faktor. Sebut saja, Inflasi, pertumbuhan ekonomi, tingkat pembanding dengan daerah sekitar, dan kebutuhan hidup layak. UMP diperuntukkan bagi pekerja dibawah 1 tahun dan diatas 3 bulan. Jadi, kata Supartoyo, perusahaan wajib memberlakukan upah sundulan jika pekerja sudah memiliki masa kerja di atas 1 tahun. “Nantinya akan ada penyesuaian gaji bagi pekerja yang sudah memiliki masa kerja diatas 1 tahun,” sambungnya.
Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Andrei Angouw menegaskan, pengusaha-pengusaha yang terhimpun dalam asosiasinya sudah memberlakukan ketentuan UMP. “Seharusnya memang semua pengusaha mentaati aturan yang ada soal UMP,” pungkas Andrei. (cw-05)

Mitos Burung Manguni

Ditugaskan Jaga Keturunan Toar-Lumimuut


BAGI rakyat Minahasa burung Manguni atau juga dikenal sebagai burung hantu, tidak sekadar burung kebanyakan. Burung Manguni diyakini sebagai burung istimewa yang juga mempunyai tugas khusus dalam menjaga keselataman umat manusia. Tak heran jika Kabupaten Minahasa juga daerah-daerah pemekaran dari Kabupaten Minahasa masih tetap menggunakan burung Manguni dalam logo daerahnya.
Chep Ngangi dalam tulisannya berjudul Tugas Burung Manguni dan Opo-Opo seperti dikutip dalam www.Kearifanlokal.blogspot.com menyebutkan, burung Manguni adalah salah satu ciptaan oleh Roh atau Opo paling atas yang menguasai langit dan bumi. Oleh ‘Opo Empung Wananatas’ tersebut menugaskan kepada burung Manguni (mauni : mengamati) untuk menjaga keselamatan anak-cucu Toar-Lumimuut, berjaga-jaga pada malam hari, tidak boleh tidur dan diberi kemampuan bunyi siul berbeda untuk signal aman atau bahaya.
Burung Manguni yang dinamakan ‘Hoot’ (Jawa: burung hantu), bentuknya sebesar burung Kakatua, berbulu hitam keabu-abuan, matanya bulat membelalak menghadap ke depan, ada pula jenis kecil ‘Tootosik’ dinamakan sesuai bunyi siulannya. Pada saat “bertugas” mereka bertengger membelakangi arah datangnya berita, apa bila pertanda baik siulannya syahdu dan apabila ada bahaya suaranya tergesa-gesa lemah seakan berbisik. Pertanda akan ada kemenangan mutlak bila ‘hoot’nya nyaring mengalun dan dilakukan berturut 3 kali 9 (‘telu makasiou’). Atas dasar pemikiran ini maka Jan Timbuleng (sekampung dengan Penulis, Walian) menamakan pasukan Permestanya ‘Brigade 999’ atau Triple Nine.
Masih ada jenis burung malam “Ki’ek” yang sambil terbang menyambar rendah dengan suara melengking (satu kali saja) selalu membawa berita ‘awas bahaya sudah dekat’. Ada lagi jenis burung Kookokuk yang belum pernah dilihat karena tempatnya jauh dalam hutan, apabila siulan “kookokuk” nya mendekat menandakan bahaya semakin dekat dan bila suara jauh melemah artinya lawan telah menjauh. Pada siang hari lanjut Chep Ngangi ada burung “Menge’ngekek”, sebesar terkukur, bulu coklat, sayap kuning, ekor hitam panjang apabila tetap bertengger dibelukar dengan suara tawa mengejek tanda ‘awas waspada’ dan bila dia terbang rendah memintas di depan dengan suara panjang “nge’ek” berarti sebaiknya berhenti sebentar atau batalkan perjalanan. Kicauan burung ‘Kuoo’ dan ‘Kowkow’ bersahut-sahutan pada pagi hari menandakan suasana gembira dan tenteram, dan yang sekali-sekali diselingi suara ngantuk berat dari burung ‘Mu’kurz’ yang dijuluki roh penjaga hutan yang kesiangan.
Dia meyakini burung-burung tersebut belum melupakan tugas yang diberikan oleh Penciptanya, namun kemajuan teknologi komunikasi moderen dan peralatan deteksi mutakhir telah mengambil alih kewajibannya dan mungkin pula burung-burung tersebut tetap memberi pertanda akan peristiwa kekerasan dan bencana yang akan terjadi, tapi karena habitatnya sudah tergusur jauh ke dalam hutan, maka siulan warning-nya sudah tak terjangkau oleh pendengaran manusia.(dikutip dari berbagai sumber)By. T.Assa

Tari Perang Kabasaran

Tari Perang Kabasaran

Punya 9 Jurus Pedang dan Tombak

MINAHASA menyimpan kekayaan budaya yang sangat menarik ditelusuri. Salah satunya ada tari Kabasaran. Tari ini merupakan tarian perang yang dilakukan warga Minahasa dari semua sub etnis (Tombulu, Tonsea, Tolour dan Tontemboan). Anggota penari Kabasarasn adalah para waraney yang juga bertugas sebagai penjaga keamanan desa dengan mendapat tunjangan berupa beras, gula putih, dan kain.

Menelusuri tarian yang menunjukan kekuatan ilmu perang ini sangat menarik. Apalagio para penari ini mempunyai 9 jurus pedang dan 9 jurus tombak. Tidak itu saja senjata yang digunakan sebagian besar adalah senjata warisan turun temurun.
Para penari seperti yang ditulis dalam theolin.multiply.com menari dengan pakaian serba merah, mata melotot, wajah garang, diiringi tambur sambil membawa pedang dan tombak tajam. Ini membuat tarian kabasaran amat berbeda dengan tarian lainnya di Indonesia yang umumnya mengumbar senyum dengan gerakan yang lemah gemulai.
Dijelaskan, tarian ini merupakan tarian keprajuritan tradisional Minahasa, yang diangkat dari kata; Wasal, yang berarti ayam jantan yang dipotong jenggernya agar supaya sang ayam menjadi lebih garang dalam bertarung. Tarian ini diiringi oleh suara tambur dan / atau gong kecil. Alat musik pukul seperti Gong, Tambur atau Kolintang disebut “Pa ‘ Wasalen” dan para penarinya disebut Kawasalan, yang berarti menari dengan meniru gerakan dua ayam jantan yang sedang bertarung.
Kata kawasalan ini kemudian berkembang menjadi kabasaran yang merupakan gabungan dua kata “Kawasal ni Sarian”. “Kawasal” berarti menemani dan mengikuti gerak tari, sedangkan “Sarian” adalah pemimpin perang yang memimpin tari keprajuritan tradisional Minahasa.


Di situs www.wisatamelayu.com menyebutkan, pada jaman dahulu para penari Kabasaran, hanya menjadi penari pada upacara-upacara adat. Namun, dalam kehidupan sehari-harinya mereka adalah petani. Apabila Minahasa berada dalam keadaan perang, maka para penari kabasaran menjadi Waranei (prajurit perang). Bentuk dasar dari tarian ini adalah sembilan jurus pedang (santi) atau sembilan jurus tombak (wengkouw) dengan langkah kuda-kuda 4/4 yang terdiri dari dua langkah ke kiri, dan dua langkah ke kanan.
Tiap penari kabasaran memiliki satu senjata tajam yang merupakan warisan dari leluhurnya yang terdahulu, karena penari kabasaran adalah penari yang turun temurun. Tarian ini umumnya terdiri dari tiga babak (sebenarnya ada lebih dari tiga, hanya saja, sekarang ini sudah sangat jarang dilakukan). Babak – babak tersebut terdiri dari : (1) Cakalele, yang berasal dari kata “saka” yang artinya berlaga, dan “lele” aritnya berkejaran melompat – lompat. Babak ini dulunya ditarikan ketika para prajurit akan pergi berperang atau sekembalinya dari perang. Atau, babak ini menunjukkan keganasan berperang pada tamu agung, untuk memberikan rasa aman pada tamu agung yang datang berkunjung bahwa setan-pun takut mengganggu tamu agung dari pengawalan penari Kabasaran. (2) Babak kedua ini disebut Kumoyak, yang berasal dari kata “koyak” artinya, mengayunkan senjata tajam pedang atau tombak turun naik, maju mundur untuk menenteramkan diri dari rasa amarah ketika berperang. Kata “koyak” sendiri, bisa berarti membujuk roh dari pihak musuh atau lawan yang telah dibunuh dalam peperangan. (3) Lalaya'an.

Pada bagian ini para penari menari bebas riang gembira melepaskan diri dari rasa berang seperti menari “Lionda” dengan tangan dipinggang dan tarian riang gembira lainnya. Keseluruhan tarian ini berdasarkan aba-aba atau komando pemimpin tari yang diseut “Tumu-tuzuk” (Tombulu) atau “Sarian” (Tonsea). Aba-aba diberikan dalam bahasa Sub – etnik tombulu, Tonsea, Tondano, Totemboan, Ratahan, Tombatu dan Bantik. Pada tarian ini, seluruh penari harus berekspresi Garang tanpa boleh tersenyum, kecuali pada babak lalayaan, dimana para penari diperbolehkan mengumbar senyum riang.
Dalam theolin.multiply.com juga disebutkan, busana yang digunakan dalam tarian ini terbuat dari kain tenun Minahasa asli dan kain “Patola”, yaitu kain tenun merah dari Tombulu dan tidak terdapat di wilayah lainnya di Minahasa, seperti tertulis dalam buku Alfoersche Legenden yang di tulis oleh PN. Wilken tahun 1830, dimana kabasaran Minahsa telah memakai pakaian dasar celana dan kemeja merah, kemudian dililit ikatan kain tenun. Dalam hal ini tiap sub-etnis Minahasa punya cara khusus untuk mengikatkan kain tenun. Khusus Kabasaran dari Remboken dan Pareipei, mereka lebih menyukai busana perang dan bukannya busana upacara adat, yakni degan memakai lumut-lumut pohon sebagai penyamaran berperang.


Sangat disayangkan bahwa sejak tahun 1950-an, kain tenun asli mulai menghilang sehingga kabasaran Minahasa akhirnya memakai kain tenun Kalimantan dan kainTimor karena bentuk, warna dan motifnya mirip kain tenun Minahasa seperti : Kokerah, Tinonton, Pasolongan, Bentenan.
Topi Kabasaran asli terbuat dari kain ikat kepala yag diberi hiasan bulu ayam jantan, bulu burung Taong dan burung Cendrawasih. Ada juga hiasan tangkai bunga kano-kano atau tiwoho. Hiasan ornamen lainnya yang digunakan adalah “lei-lei” atau kalung-kalung leher, “wongkur” penutup betis kaki, “rerenge'en” atau giring-giring lonceng (bel yang terbuat dari kuningan).
Pada jaman penjajahan Belanda tempo dulu , ada peraturan daerah mengenai Kabasaran yang termuat dalam Staadblad Nomor 104 B, tahun 1859 yang menetapkan bahwa (1) Upacara kematian para pemimpin negeri (Hukum Basar, Hukum Kadua, Hukum Tua) dan tokoh masyarakat, mendapat pengawalan Kabasaran. Juga pada perkawinan keluarga pemimpin negeri. (2) Pesta adat, upacara adat penjemputan tamu agung pejabat tinggi Belanda Residen, kontrolir oleh Kabasaran. (3) Kabasaran bertugas sebagai “Opas” (Polisi desa). (4) Seorang Kabasaran berdinas menjaga pos jaga untuk keamanan wilayah setahun 24 hari.
Kabasaran yang telah ditetapkan sebagai polisi desa dalam Staadblad tersebut diatas, akhirnya dengan terpaksa oleh pihak belanda harus ditiadakan pada tahun 1901 karena saat itu ada 28 orang tawanan yang melarikan diri dari penjara Manado. Untuk menangkap kembali seluruh tawanan yang melarikan diri tersebut, pihak Belanda memerintahkan polisi desa, dalam hal ini Kabasaran, untuk menangkap para tawanan tersebut. Namun malang nasibnya para tawanan tersebut, karena mereka tidak ditangkap hidup-hidup melainkan semuanya tewas dicincang oleh Kabasaran.
Para Kabasaran pada saat itu berada dalam organisasi desa dipimpin Hukum Tua. Tiap negeri atau kampung memiliki sepuluh orang Kabasaran salah satunya adalah pemimpin dari regu tersebut yang disebut “Pa'impulu'an ne Kabasaran”. Dengan status sebagai pegawai desa, mereka mendapat tunjangan berupa beras, gula putih, dan kain. Sungguh mengerikan para Kabasaran pada waktu itu, karena meski hanya digaji dengan beras, gula putih, dan kain, mereka sanggup membantai 28 orang yang seluruhnya tewas dengan luka-luka yang mengerikan.(dikutip dari berbagai sumber) by : T.Assa